RSS

NGEBOLANG ALA TURIS KERE, part-1

SELASA-RABU, 28-29 Juli 2015 (ST. PSR SENEN - ST. LAWANG)

Sepagian ini aku sibuk berkemas, membereskan rumah dan menyiapkan bekal perjalanan semalaman. Jarum jam terasa berdetak amat cepat. Koper belum selesai dibenahi, masakan harus segera diolah, sementara rumahpun masih berantakan bak kapal pecah. Kecepatan berkemas semakin ditingkatkan.

Tepat pukul sepuluh tigapuluh pagi, sebuah koper besar, dua koper sedang, dua tas ransel yang satu penuh amunisi konsumsi selama perjalanan, serta sebuah tas ungu berisikan tiga pasang sepatu sepatu, telah berjejer rapi menunggu tindakan eksekusi selanjutnya.

Tak lama kemudian, sebuah taksi putih yang tergabung dalam GrabTaxi , memasuki gang sempit depan rumah Uti. Ah, jaman semakin canggih. Memesan taxipun kini tak perlu angkat telepon dan menghabiskan pulsa, cukup melalui koneksi internet saja, dalam waktu relatif singkat, taxi dalam posisi terdekat akan segera menghampiri.
Alhamdulillah, siang ini lalu lintas ibukota sedang bersahabat. Tak ada antrian kendaraan menghadang, lampu lalu lintaspun selalu dalam keadaan hijau. Tak sampai sejam perjalanan Radio Dalam - Stasiun Pasar Senen terlampaui sudah. Argo taxi menunjukkan angka 67.400. Ah, tarif yang tak terlalu mahal untuk jarak 20km lebih, bagi 3 penumpang dewasa dan 2 anak-anak. Apalagi jika menggunakan jasa GrabTaxi, maka tarif tersebut akan dikurangi dengan biaya promo sebesar 15.000 rupiah. Sebuah penghematan biaya tentunya.



Barang-barang yang ada di bagasi segera diturunkan dan siap menuju Peron Pemberangkatan Kereta Jayabaya Ekonomi AC jalur utara, jurusan St Psr Senen - St Malang, yang akan melintasi St. Semarang Tawang dan St. Surabaya Psr Turi. Tepat pukul 12 siang, rangkaian keretapun bergerak meninggalkan Jakarta, mengawali  petualangan keluarga ala Bonek Terencana, alias backpackeria.
----------------------------



Perjalanan ini memang sudah dirancang jauh-jauh hari, sekitar dua bulan yang lalu. Dimulai dari sebuah rencana hajatan Ngunduh Mantu Adik Pengais Bungsu, di Pasuruan. Berawal dari rasa persaudaraan yang amat kental, terbersit asa, kenapa kami tidak pulang kampung sekeluarga saja, sekalian mengobati kerinduan setelah tiga tahun lebih tak menginjakkan kaki ke sebuah desa asri di kaki Gunung Penanggungan nan menawan, desa Palang-Pandaan-Pasuruan. Letaknya tepat di pertigaan jalan menuju Taman Safari Prigen.

Acara berburu tiket murahpun dimulai. Entah mengapa, fellingku mengatakan keberangkatan paling tepat adalah tanggal 28 Juli dan benar saja, di tanggal tersebut sedang berlangsung tiket promo bagi kereta Jayabaya Ekonomi AC jurusan Pasar Senen-Surabaya-Malang. Tanpa berfikir lama, akupun segera melakukan reservasi bagi 5 penumpang, dengan tempat duduk satu terpisah dari rombongan. Tiket seharga Rp 270.000,- cukup ditebus Rp 150.000,- perorang. Diskon yang amat sangat berasa, jika bepergian lebih dari seorang.
----------------------------
Pengkondisian keadaan rumah beserta personil yang akan merawat Uti segera kuutarakan di ajang Buka Bersama Keluarga Besar Hendro's. Alhamdulillah, gayung bersambut positif dan aku sekeluarga mendapat ijin cuti meninggalkan pos Radio Dalam hingga dua pekan lamanya. Suatu hal sederhana namun terasa sangat indah dan mewah. Setelah, hampir setahun lebih kami tidak pernah dapat bepergian bersama dalam formasi komplit, tanpa membawa serta Uti, karena amanah merawat dan menjaga beliau telah menjadi komitmen keluarga kami.



Kereta perlahan melaju meninggalkan stasiun demi stasiun yang kian lama kian sekelebatan saja tampaknya. Do'a memulai perjanan jauhpun dilantunkan...Pengkondisian fisik dan mental untuk menghadapi 14 jam yang sekiranya akan membosankan.
 أللهُ أَكْبَرُ, أللهُ أَكْبَرُ, أللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنْ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ 
مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالأََهْلِ
Hingga sore hari perjalanan masih lancar dan tepat waktu, namun saat memasuki Pekalongan, kereta mulai mengalami hambatan dan terhenti selama dua jam, menanti kedatangan Lokomotif pengganti dari Stasiun Pekalongan. Sebuah waktu penantian yang tak boleh terbuang sia-sia. Alhamdulillah, dua juz Qur'an berhasil kulantunkan.

Saat berbuka puasa terindah, adalah kala dalam perjalanan jauh (safar). Walaupun diberi keringanan (rukhsah), namun kami memilih untuk tidak membatalkan shaum Syawal yang sedang dijalani. Menu buka puasa cukup sederhana, hanya nasi berlaukkan seiris kecil daging lapis, sayur buncis dan dua potong tempe goreng, cukup menghibur cacing-cacing di perut yang seharian penuh kelaparan.
----------------------------

Selepas St. Bangil, mata dan telinga semakin awas mengamati setiap stasiun yang dilewati. Tak sampai sejam, perjalanan kami hampir berakhir saat kereta mulai memperlambat lajunya, selain karena trek rel yang agak menanjak, juga karena rangkaian kereta memasuki Stasiun Lawang, tepat pukul 01.47 dini hari, terlambat hampir dua jam dari jadwal seharusnya.

Di kejauhan, empat kerabat telah menanti dengan kendaraan roda duanya masing-masing. "Maap ya mas-mas Ojeg, kali ini tawarannya diabaikan", demi mensukseskan program Ngebolang ala Turis Kere. Setelah salam tabik, cipika-cipiki serta berbagi cerita sekedarnya, empat motor masing-masing dengan penumpang di boncengannya, terlihat bergerak meninggalkan stasiun kecil di pinggir jalan raya Surabaya-Malang itu. Udara dingin menusuk tulang begitu terasa di akhir bulan Juli, penanda musim kemarau telah mencapai puncaknya.

Usai membuang hajat sejenak dan meletakkan barang bawaan yang seabreg-abreg di rumah warisan keluarga, kami lanjutkan perjalanan menuju sebuah warung mungil sederhana, di jalur menuju Taman Safari Prigen. Di sinilah tempat para pedagang sayur dan buah Pasar Palang-Pandaan, berhenti sejenak memesan sarapan pengisi perut di dini hari, sekalian sahur bagi kami yang sedang menyelesaikan shaum syawal tahun ini.

Hangatnya kuah rawon, gule serta teh manis panas pesanan kami, sangat membantu membangkitkan semangat untuk menyambut hari serta memulai aktifitas pagi. Tak sampai seratus ribu rupiah, harga yang harus dibayarkan untuk menikmati tujuh porsi nasi rawon, dua porsi nasi gule dan delapan gelas teh manis panas. Benar-benar menu yang mumer alias murah meriah dan cukup mengenyangkan.
----------------------------
Subuh di negeri para Santri terasa damai, sebuah suasana yang sangat berbeda dengan subuh di ibukota yang sudah padat polusi selepas sholat dilaksanakan.

Pagi ini belum ada kegiatan berarti yang kami jalani. Lebih banyak mengurung diri, melepaskan penat setelah semalaman serasa remuk redam, badan ditekuk dalam posisi terduduk sambil memangku si bungsu yang tak mau dilepaskan. Aktifitas membersihkan diri serta pakaian, merupakan agenda utama, sekalian bersilaturahim dengan tetangga dan handai taulan yang sudah lama tak bersua.

Sorenya ada agenda makan bersama sekaligus arisan dan rapat keluarga Khodjin, membahas hal-hal teknis menyangkut pesiapan akhir dari serangkaian acara yang akan dijalani oleh adik kami "Joko Santoso", yang akan segera menyunting gadis pujaan hatinya, yang tak lain masih kerabat dekat kami dari garis ayah.


Magrib menjelang, berbagai hidangan telah terhidang lengkap di meja sebuah
Rumah Makan Lesehan "Mbak Sum", yang lagi-lagi terletak di jalan akses menuju Tama Safari Prigen. Ada beberapa mobil terparkir di sana dan rombongan kamilah yang paling memenuhi area parkir dengan enam kendaraan roda duanya.

Setelah menunaikan sholat magrib berjama'ah, serta menghabiskan hampir seluruh hidangan, rapat keluargapun dimulai. Sepertinya semua masalah telah diantisipasi, hanya tinggal menembel sedikit kekurangan di sana-sini.

Tak sampai dua jam, pertemuan keluarga Khodjin edisi hampir lengkap usai sudah. Perut kenyang, hati riang dan pikiranpun menjadi tenang. Masing-masing anggota keluarga menuju kediamannya untuk beristirahat, mempersiapkan serangkain acara yang akan dimulai esok sorenya.
----------------------------

RaDal, 18'08'15 (02'17)
#catatanperjalanan

baca kisah selanjutnya di sini




#turiskere
#ngebolang
#backpacker
#familybackpacker



0 komentar:

Posting Komentar