RSS

BROMO... WE’RE COMING-1!!! #Ngebolang ala Turis Kere-part-5

Selasa, 4 Agustus 2015

Alhamdulillah...akhirnya nyampe juga di Kawah Bromo
Bromo...  Sudah lama sekali aku berkeinginan mengunjungi salah satu destinasi  indah di kabupaten Pasuruan ini. Rasa penasaran yang memuncak, akhirnya membawa kami ke sana. Beruntung salah seorang sepupu si Mas, ikhlas meminjamkan mobil Espass’nya.

Usai perhelatan Ngunduh Mantu iparku Joko Santoso, esok paginya kami bergegas menuju kota Probolinggo. Aku memilih menuju Bromo melalui Probolinggo, konon kabarnya jalur ke sana lebih landai dan lebih aman, mengingat kami menggunakan kendaraan pinjaman. Kebetulan, ada sepupu dari garis Ibuku bermukim di sana, jadi kami bisa istirahat sejenak sekalian bersilaturahim.


Tepat pukul 10 pagi dengan berbekal do’a, kuarahkan kendaraan menuju Bangil. Kami mampir sejenak di Watulunyu, dusun kecil di sebelah selatan Bangil. Kedatanganku ini  sambil mengantarkan Mak Sulikah (Mak kah), kakak bapak mertuaku almarhum. Di desa ini Mak Kah tinggal. Sayang, musim mangga belum tiba, sehingga kami tidak bisa menikmati mangga arumanis dari desa ini yang terkenal hingga mancanegara. Kekecewaan kami sedikit terobati, sebab di halaman belakang terdapat kandang kambing, Haqi dan Pia dapat belajar memberi makan kambing-kambing yang rencananya akan dijual kala musim haji tiba. 
Mas Haqi memberi makan kambing


Puas bermain dengan kambing dan belajar tentang kesenian setempat (unta-untaan), kami pamit melanjutkan perjalanan menuju kota Pasuruan.  Di kota ini, kami bersilaturahim ke keluarga Mbak Tami, sepupu jauh si Mas yang tinggal di Kejayan. Kami disuguhi rujak cingur, makanan favoritku. Alhamdulillah...
Pia ketakukan kala naik unta-untaan
----------------------------------
Sore menjelang, namun perjalanan masih panjang.  Sebelum memasuki kota Probolinggo, kami mampir sejenak di Rumah Makan Rawon Nguling. Kuah rawon nan lezat, ditambah potongan dagingnya yang besar dan empuk, benar-benar cocok mewakili wisata kuliner ala Jawa Timuran. Pantas saja rumah makan ini selalu ramai dikunjungi, bahkan oleh mantan Presiden Gus Dur dan SBY.

Rawon Nguling dan kelengkapannya
Sembari terus berusaha menghubungi mbak Ani, sepupuku yang tinggal di Probolinggo, kami beristirahat makan malam dan menunaikan sholat magrib.  Alhamdulillah, saat makanan telah habis disantap, mbak Ani menelponku. Kami sempat khawatir, sejak siang hari sepupuku ini belum berhasil dihubungi. Beliau senang sekali menerima kunjungan kami. Lebih beruntung lagi, sahabat si Mas yang notabene adalah menantu pemilik usaha rumah makan Rawon Nguling, ternyata sedang berada di Probolinggo dan berkenan bertemu kami di rumah mbak Ani.


Setelah mendapat kepastian alamat, kendaraan kuarahkan ke kota Probolinggo. Tak sulit mencari rumah yang terletak di belakang RSUD Probolinggo itu. Kedatangan kami disambut keramahan khas orang Jawa. Aku ingat, pertama dan terakhir kali aku menginjakkan kaki di rumah ini, kala aku masih kelas 3 SD. Saat itu Budhe dan Pakdheku masih ada. Kebetulan dua anak beliau yang berprofesi sebagai dokter, pernah tinggal di rumah kami, jadi aku merasa cukup akrab dengan anak-anaknya yang lain, walaupun belum pernah bertemu muka.
Bersama sepupuku, Mbak Ani 
Mbak Ani yang pensiunan pegawai Kantor Pos beserta mas Teguh suaminya, kini tinggal berdua saja di rumah besar itu. Putri sulung mereka seorang dokter yang sedang menyelesaikan pendidikan spesialisnya di UGM telah menikah dan memiliki seorang baby. Sedangkan putra bungsunya, sedang menuntut ilmu di kota Malang.

Tak lama dari kedatangan kami, sahabat si Mas muncul. Namanya Rofiq Ali Pribadi. Si Mas biasa memanggilnya Didik. Mereka bersahabat sejak kecil, kuliah hingga dewasa.  Sebagai menantu pemilik usaha Rawon Nguling yang legendaris itu, beliau biasa dipanggil H. Rofiq. Aktifitas beliau cukup banyak. Sebagai arsitek juga sebagai pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di kota Probolinggo.

Kami berdiskusi panjang tentang rencana keberangkatan ke Bromo.  Ternyata, ada dua destinasi di Bromo yang bisa kami kunjungi. Pertama adalah Puncak Penanjakan, sebuah puncak bukit tempat menyaksikan Sunrise atau matahari terbit dari balik Gunung Bromo. Destinasi kedua adalah, Kawah Bromo.

Biasanya wisatawan berangkat tengah malam dari Probolinggo dan menginap sejenak di Cemoro Lawang.  Pukul 2 dinihari, mereka akan beranjak menuju Penanjakan serta menanti keindahan saat matahari terbit di sana. Suhu udara yang sangat dingin, membutuhkan persiapan lebih tentunya, baik berupa jaket tebal, penutup kepala maupun sarung tangan. Kami tak memiliki persiapan itu semua.

Akhirnya, demi keselamatan serta tubuh yang mulai menuntut haknya untuk beristirahat, aku dan si Mas memutuskan untuk menginap saja di Probolinggo. Esok pagi kami akan menuju Kawah Bromo. Harapanku, Insya Allah di lain waktu kami dapat menikmati Sunrise dari Puncak Bukit Penanjakan melalui jalur yang berbeda.

Pukul setengah sebelas malam, Mas Didik pamit pulang. Beruntung malam itu kami bertemu beliau. Sebagai salah seorang pengurus PHRI Probolinggo beliau banyak memberi informasi mengenai rute, kondisi jalan, tempat pemberhentian, harga tiket, harga sewa jeep, destinasi yang harus dikunjungi, serta tak kalah penting...tips menghadapi trik petugas loket dan penawar jasa penyewaan jeep.

Malam itu kami tertidur pulas. Kasur empuk beralaskan seprai yang bersih nyaman, mampu meninabobokan kami dalam sekejap.

RaDal, 12'09'15 (23'17)
----------------------------
*sebelumnya jalan-jalan ke sini
*lanjut ke sini deh..

#turiskere
#ngebolang
#backpacker
#familybackpacker
#bromo
#wisatadibromo

#destinasidikotaprobolinggo

0 komentar:

Posting Komentar